Rabu, 29 April 2015

Merajut Mimpi Asia Afrika



JAKARTA - Duta Besar Indonesia untuk Senegal Drs. Andrajaty mengapresiasi keberadaan komunitas Freedom Faithnet Global (FFG). Komunitas masyarakat dunia itu menjadi agen penggerak perubahan positif di lingkungan keluarga, masyarakat, negara dan dunia. Bahkan, bagi Andrajaty komunitas masyarakat dunia itu seolah menjawab kevakuman hubungan Asia Afrika yang dahulu terajut dalam Konferensi Asia Afrika.

"Saya kenal Onggy (pendiri FFG) dan FFG di Senegal. Saya sudah mendukung semua kegiatan FFG yang telah meningkatkan kualitas hidup banyak warga Afrika, khususnya Senegal," kata Andrajaty saat menjadi pembicara di sebuah konferensi pers helatan komunitas FFG, Selasa (21/4).

Komunitas FFG dibentuk pada 2003 di Jakarta atas prakarsa Onggy Hianata. Putra bangsa Indonesia itu semula bersama rekan-rekan menamai komunitas dengan sebutan Faithnet Global.

Pada 2007, Faithnet Global meningkatkan peran dan kontribusinya di dunia dengan bergabung bersama organisasi Freedom yang didirikan DR. W S Yong & DR. Mystere Teh dari Malaysia. Sejak saat itulah organisasi non profit ini dikenal di Indonesia dan berbagai belahan dunia dengan nama Freedom Faithnet Global atau FFG.

Prestasi yang ditorehkan FFG pun lahir di kancah nasional dan internasional. Tahun 2006, FFG menorehkan rekor nasional MURI (Museum Record Indonesia) bertajuk 'Pawai Pembawa Spanduk Motivasi Terbanyak' yang diikuti 2.555 orang. Kegiatan ini berlangsung di Jakarta.

Tahun 2009, FFG memecahkan rekor dunia (Guinness World Records) dengan menerbangkan 10.318 lampion yang melambangkan doa, harapan dan impian. Tahun 2011, tepatnya 10 Desember 2011, pada momen FFG Love Movement, FFG kembali memecahkan rekor dunia, yakni The Largest Torchlit Parade dengan 3.690 orang dan The Largest Torchlit Image Formed yang diikuti 3.777 peserta.

"Sejak 2012, saya mengenal Indonesia melalui FFG. Saya sendiri kini sudah menganggap Indonesia sebagai negara kedua saya," kata Houreye Thiram, Jurnalis senior televisi lokal pemerintah di Senegal. Thiram juga menjadi narasumber untuk konferensi pers komunitas FFG di Jakarta.

Menurutnya, berkat FFG Juru Bicara Kepresidenan Senegal itu menjadi terinspirasi untuk menolong orang lain. "Asia Afrika selama ini dianggap sebagai benua-benua yang terbelakang. Itu sebabnya saya jadi tertarik bergabung dengan kegiatan FFG," katanya seraya mengatakan, Indonesia harus bangga karena telah banyak membantu negara-negara di Afrika.

"Sekarang kami mengundang masyarakat Indonesia untuk ke Afrika. Kami ingin promosikan relasi antara Indonesia dan negara-negara di Afrika lebih luas lagi karena relasi antara kedua negara ini menurut saya sangat kuat melalui FFG," imbuhnya.

Onggy Hianata, Co Founder dari komunitas FFG mengatakan, pihaknya mengundang warga Afrika berkunjung ke Indonesia untuk mengenal lebih dalam masyarakat di Nusantara.

"Kami pun berhar lebih banyak lagi yang datang ke Indonesia dan menganggap Indonesia sebagai negara atau rumah mereka kedua," tuturnya.

Sumber: Tribun Kaltim, 23 April 2015, halaman 25.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar